Satu tahun sudah dilalui. Rasanya waktu yang sangat lama. Belajar daring atau belajar di rumah bukanlah hal yang menyenangkan. . Rasa bosan dan kejenuhan selalu menyelimuti. Baik bagi peserta didik , guru, bahkan orang tua. Belajar daring terasa menyiksa.
Bagi peserta didik, dengan belajar daring mereka sulit untuk memahami materi yang diberikan. Bahkan mereka tidak bersemangat untuk belajar dengan metode daring. Tugas-tugas pun tidak mereka kerjakan. Sebagian mereka beranggapan belajar daring merupakan metode pembelajaran main-main. Yang lebih memprihatinkan, ada dari mereka yang menganggap belajar daring sama dengan libur. Mereka bebas ke luar daerah. Dan main game menjadi kegiatan utama.
Bagi guru pun banyak problema yang dihadapi. Tugas administrasi lebih banyak pada masa daring daripada belajar tatap muka. Proses pembelajaran daring terasa tidak efektif. Apalagi untuk jenjang SMP. Proses penilaian membuat guru pusing tujuh keliling. Peserta didik tidak peduli akan tugasnya. Ada dari peserta didik yang tidak membuat tugas sama sekali. Dan ada yang hanya ujian tanpa mengikuti proses pembelajaran. Karakter siswa pun tidak terpantau. Sementara nilai harus dilaporkan dan dijadikan syarat untuk kelulusan dan kenaikan kelas.
Begitu juga bagi orang tua. Anak belajar daring merupakan cobaan yang berat buat mereka. Sehingga ada beberapa orang tua yang datang ke sekolah menceritakan kesulitannya menghadapi anaknya selama belajar daring. Ada di antara mereka yang meneteskan air mata menceritakan prilaku anaknya.
Para orang tua susah mengatur anaknya. Orang tua yang tidak mengerti dengan IT mudah dibohongi anaknya. Ditanya masalah tugas sekolah, anak mereka mengatakan sudah. Orang tua percaya karena seharian anaknya main HP. Padahal si anak memegang HP bukan mengerjakan pelajaran. Tetapi main game dan chating-chatingan. Bangun kesiangan menjadi kebiasaan.
Hal ini terbukti dari kegiatan pembelajaran dengan metode zoom. Dari 155 anak, yang terdata ikut daring .sebanyak 143 orang dan yang luring 12 orang. Ternyata yang ikut daring hanya 49 orang dan luring 8 orang. Ke mana yang lain? Wallahu alam. Hanya Allah yang lebih mengetahui.
Alhamdulillah, akhirnya mereka kembali ke sekolah. Keceriaan menghiasi suasana pendidikan. Pembelajaran tatap muka kembali dibolehkan. Perasaan bahagia terpancar dari wajah peserta didik, guru, dan orang tua. Kembali ke sekolah merupakan anugrah Allah yang tak terhingga. Peserta didik dapat bertemu kembali dengan guru dan teman-temannya. Guru pun dapat melakukan tanggung jawab sebagai pendidik dengan sesungguhnya. Karakter peserta didik pun dapat dibuktikan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Beban berat orang tua pun terasa berkurang.
Hj. Siti Nursyam, S.Pd.Ind
Bumi Berazam, Maret 2021